Mengenai Saya

Rabu, 04 Mei 2011

suara remaja untuk teknologi

SUARA REMAJA UNTUK TEKNOLOGI, “ Kami Bukan Budak Teknologi”

“Dunia melihat kita semua dan kita semua juga melihat dunia”. Fenomena multidimensi yang kompleks menjadikan dunia terasa sempit, menembus secara globalisme tanpa mengenal batas wilayah, gejala yang membuat pola hidup yang serba modern, cepat, dan instan hingga perkembangan informasi dan transportasi yang amat pesat. Sebuah era dimana perilaku hedonisme, kosmopolitan, gaya hidup konsumerisme dan materialisme mengepung bangsa sedemikian rupa yang menjadikan menyusutnya ruang dan waktu sehingga tidak dapat dihindari

Era globalisasi, terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti system kaidah-kaidah yang sama, menurut Selo Soemardjan. Salah satu faktor yang membuat semakin gencarnya masyarakat terhadap globalisasi adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dengan mudah dan cepat diterima.

Ilmu pengetahuandan teknologi dua hal yang menjadi satu kesatuan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dimana ilmu pengetahuan adalah akar teknologi yang terus dipupuk sehingga terciptalah suatu lingkungan masyarakat yang berdampak negatif dari segi sosial, moral maupun ekonomi masyarakat, oleh karena itu berbagai tindakan telah dilakukan oleh sekelompok orang guna meminimalisir kecenderungan manusia yang bergantung pada teknologi

Dampak paling signifikan dari perkembangan teknologi adalah terhadap kaum remaja, dimana mereka adalah setengah dari masyarakat yang keranjingan terhadap teknologi. Sebab di usia tersebut mereka masih labil sehingga terombang-ambing terbawa oleh arus dunia yang serba instan.

Sadar atau tidak, saat ini globalisasi ditandai dengan percepatan dunia teknologi, informasi dan sarana komunikasi yang serba canggih, telah menghilangkan sekat, seolah dunia ini tanpa batas. Apapun bisa diraih karena segala sesuatunya telah tersaji di depan mata. Baik yang berdampak positif (Membangun ) maupun yang negatif (Merusak). Kaum remaja sebagai calon generasi di masa datang harus siap diri bahwa globalisasi adalah suatu yang niscaya, tidak bias dihindari dan ditolak.

Sebagai contoh adalah internet, sebuah jaringan media informasi yang dewasa ini dapat diperoleh dan digunakan dimanapun melalui ponsel, blackberry, ataupu gadget lainnya yang popular saat ini. Teknologi internet adalah bidang yang di kuasai dan dimonopoli anak muda karena di bidang inilah ide-ide remaja mudah di tanggapi serius. Akan tetapi, baik dan buruknya selalu mengekor di belakangnya. Dan inilah yang membuat adanya pro dan kontra terhadap kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung oleh siapapun.

Salah satu dampak teknologi terhadap remaja adalah dari segi kesehatan yaitu pada penggunaan gadget khususnya ponsel akibat terlalu sering bertelepon sehingga mengakibatkan cedera siku atau istilah resminya adalah Cubitel tunnel syndrome sehingga mengakibatkan syaraf ulnar yang mengontrol rasa sepanjang siku hingga jari manis dan kelingking berhenti berfungsi yang dapat mengakibatkan tersumbatnya aliran darah menuju syaraf.

Menurut Nielsen media research 2008, remaja Amerika serikat rata-rata mengirim dan menerima 2272 SMS perbulan, hampir 80 SMS/Hari. Mereka beresiko terserang cedera tekanan berulang yang mencakup nyeri, kebas serta tidak nyaman dibagian dasar jempol. Dan bandingkan dengan remaja Indonesia? Terpikirkan berapa banyak mereka mengirim dan menerima SMS? Sementara mereka terus dijejali dengan operator yang berlomba memberikan pelayanan SMS yang murah.

Dan dampak yang paling mengerikan dalah terhadap psikologi remaja. Apabila teknologi telah berkembang pesat jauh melebihi batas kewajaran, mereka mungkin melupakan bagaimana menggunakan tangan dalam arti lain cenderung berlebihan dalam mengandalkan teknologi. Mereka memilih hal yang serba praktis dan instant ketimbang memilih yang bersifat konvensional ataupun manual sehingga perilaku mereka mengarah ke hedonisme yang mengarah kepada perilaku yang malas, acuh bahkan cenderung apatis, berpikir sesuatu yang praktis membuat kesempurnaan sehingga menjadikan para remaja sebagai generasi yang bermentalitas instan tanpa memikirkan bahwa segala sesuatunya perlu waktu serta proses. Tidak jarang kalangan remaja menempuh dengan menghalalkan segala cara untuk merasakan nikmatnya surga teknologi. Inilah potret sebuah generasi bermentalitas instan.

Remaja lebih memilih gadget ketimbang buku, seolah mereka telah di butakan secara parsial oleh teknologi. Contohnya saja adalah jejaring social facebook atau twitter yang merajalela di kalangan remaja dan menjadi gaya hidup yang cenderung menuju kearah kebutuhan pokok remaja di zaman yang modern ini.

Mereka beranggapan bahwa kaum muda yang tidak mempunyai akun facebook atau twitter di anggap jadul (jaman dulu) dan kudate (kurang up date). Inilah yang membuktikan semakin gencarnya kaum muda terhadap jejaring sosial. Seolah dunia kini di batasi oleh apa yang kita lihat, dengar dan rasakan sendiri. Lambat laun mereka akan terus terjerumus ke dalam jerat teknologi yang kian mewabah melebihi batas ruang dan waktu.

Suara kaum remaja kini menggema dan menggaung menyerukan secara lantang, jika mereka bukanlah budak dari teknologi, terlepas dari rantai sebagi penikmat teknologi. Masa remaja adalah masa yang sangat dinamis, apa saja menjadi mungkin bias dilakukan. Namun harus ingat, dinamika yang bergejolak di luar juga sangat cepat. Siap atau tidak siap dinamika luar yang kita kenal sebagai globalisasi teknologi yang akan terus dan pasti bergerak sesuai kemauannya. Oleh karena itu, suara remaja terhadap teknologi kini berseru. Mereka berekspektasi terhadap teknologi yang merajalela di luar sana.

Tiga dari dua puluh lima remaja apatis dan tidak mau berkomentar tentang teknologi tetapi selebihnya mereka angkat bicara mengenai harapan mereka tentang teknologi. Salah satunya mereka menginginkan teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi yang dapat memberikan kepuasan penggunanya dengan sumber daya lingkungan yang lebih rendah. Teknologi yang secara umum hemat sumber daya lingkungan karena itu juga sedikit mengeluarkan limbah dan rendah resiko menimbulkan bencana. Seperti teknologi energy surya yang kini di gunakan guna mengantisipasi perubahan iklim serta mengurangi emisi yang berlebih. Contohnya pada kendaraan yang menggunakan energy matahari sebagi bahan bakar.

Mereka berharap kemajuan teknologi dapat memberikan kontribusi yang positif untuk kehidupan manusia sebagai contoh kontribusi internet bagi remaja. Denagn adanya internet dapat membantu remaja mendapatkan informasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajarinya. Akan tetapi teknologi harus di imbangi pula oleh perkembangan kecerdasan manusia bukan dalam hal intelegent saja, tetapi harus diimbangi oleh kecerdasan spiritual agar penggunaan teknologi ini tidak secara berlebih dan masih memperhatikan nilai norma dan moral yang berlaku. Dan tidak hanya itu pula harapan remaja terhadap teknologi. Mereka juga berharap teknologi itu tidak menggeser nilai budaya tradisional dan tidak membuat merosotnya nasionalisme kaum remaja karena di era ini kadang remaja malu akan budaya sendiri. Mereka lebih condong ke budaya yang western alias kebarat-baratan. Mereka tercebur ke dalam euforia budaya yang mengagung agungkan kemutakhiran dan modernisasi.

Harapan lain remaja terhadap teknologi mereka menginginkan teknologi yang tidak merusak bumi dan isinya. Teknologi itu membaewa perdamaian dan teknologi tu membawa kita lebih dekat dengan Tuhan.

Ironis memang, tetapi itulah ekspetasi remaja terhadap teknologi, ekspektasi yang mengungkap hati kecil kaum remaja terhadap teknologi yang mengatakan secara lantang bahwa ”Kami remaja sebagai generasi penerus bangsa bukanlah budak teknologi”

Sungguh pernyataan yang menggugah hati kecil para remaja untuk meyakinkan bahwa mereka bukanlah budak teknologi. Mereka akan melakukan segala cara agar teknologi tidak keluar dari wadahnya sebagai media yang hanya membantu dalam kemudahan menjalani kehidupan.

”Tidak ada sesuatu yang lebih luar biasa, yang pernah dicapai kecuali oleh mereka yang berani untuk percaya bahwa sesuatu di dalam diri mereka lebih hebat dari keadaan disekelilingnya”

Presiden Jhon F. Kennedy pernah berkata, ”Di atas segalanya, sekarang kita baru sadar bahwa kesenian menjadi kreativitas dalam diri mereka yang gerjiwa keras. Jiwa kreativitas dalam diri tidak berkembang. Ia tidak bebas untuk memilih sendiri cara dan tujuannya berekspresi, dan spontanitasnya dirampas, maka terjadilah keterpurukan masyarakat. ”

Dan apakah harapan remaja terhadap teknologi hanya sebatas itu saja? Tentunya tidak, sebagai bangsa Indonesia remaja juga ingin meningkatkan daya inovasi terhadap kreaktifitas yang mereka miliki agar suatu saat nanti, teknologi dapat dinikmati oleh masyarakat banyak. Tidak hanya masyarakat kalangan atas, tetapi masyarakat miskin pun dapat menikmati teknologi yang ada. Oleh karena itu remaja pun ingin menciptakan teknologi asli produk Indonesia. Bukan merk china yang membanjir dan membludak di kalangan masyarakat kini. Oleh sebab itu ekspektasi remaja bukanlah hanya sekedar angan-angan atau omong kosong belaka tetapi patut untuk di wujudkan dan dikembangkan.

HABSI HASSABAH

1 komentar: