Mengenai Saya

Selasa, 26 Februari 2013

The Freedom of sky

Petang melintang langit menuju malam

Kedamaian adalah ketika kita merasa nyaman, merasa tentram dalam hati dan tenang dalam pikiran. Dan entah kedamaian saat mata ini dimanjakan oleh sebentang langit yang meyebar ke  penjuru negeri, Saat Fajar yang tenang, saat petang yang terang dan senja yang berhorizontal romantis menemani kegundahan ini. Merasakan sebuah sensasi yang memberikan efek relaksasi pikiran yang jenuh dan penat akan rutiniitas, akan kegiatan yang menyibukan dan segudang rasa malas yang terkmpul dalam sebuah kebosanan.



People through Street Under Sky

Fajar dengan kilas awan

Senja dan Kehidupan

purple, light and wet

light of lamp shine the street

Senin, 25 Februari 2013

Resensi Cerpen



                Identitas Cerpen              :
                Judul                                     : Bisa
                Pengarang                          : Yani Rismarwanti
                Penerbit                              : Majalah Teen ( PT VISI INDOMEDIA )
                Jumlah  halaman              : 3 halaman
                Tahun terbit                       : Juli 2011

               
Lima remaja yang tergabung dalam sebuah band yang beranggotakan Andre, Boni, Hendra, Rio dan Resti mempunyai mimpi  yang sama untuk menggapai kesuksesan di ranah hiburan, akan tetapi kekompakkan mereka seakan pupus akibat salah satu anggotanya Andre kerap kali membatalkan latihan band mereka secara mendadak. Andre yang notabene seorang publik figure yang terkenal disibukkan oleh jadwal syuting padat sehingga  ia sering denagn seenaknya membatalkan jadwal latihan semaunya.
Lantas, kelakuan Andre membuat keempat anggotanya geram sehingga salah satu anggota band tersebut mengusulkan untuk berlatih dan mewujudkan mimpi tanpa Andre. Kemudian yang lainpun setuju dengan usulan tersebut dan akhirnya mereka jalan tanpa Andre.
Saat mereka sedang latihan dan berpikir untuk memberikan nama band tersebut tanpa sadar andre tiba-tiba datang dan mengajak mereka untuk berlatih. Akan tetapi, salah satu dari mereka  mencoba  mengatakan kepada andre kalau Andre bukan anggota band mereka lagi. Kentara Andre pun marah, membual dan menyombongkan diri kalau bahwasanya band tersebut tidak akan sukses dan berhasil tanpa ada domplengan nama darinya.
Terjadilah perang mulut diantara mereka. Salah satu dari mereka pun berusaha melerai dan menyuruh andre untuk segera pergi, dan akhirnya Andre pun pergi dengan tampang sombongnya. Dan setelah andre pergi salah satu anggota dari mereka mencetuskan untuk menamakan band mereka dengan nama ‘BISA’ lantas semua setuju. Akhirnya, ‘BISA’ pun bangkit , mereka latihan bersama, mengikuti kompetisi bersama  meskipun kerap kegagalan menghadang mereka tapi mematahkan semangat mereka. Sehingga pada waktunya mereka bisa menuai kesuksesan.
Sekilas ringkasan cerpen karya Yani Rismarwati yang mengusung tema proses pencapaian mimpi. Cerpen yang  kebanyakan memuat bahasa slang atau bahasa ‘gaul’ ini memuat tema remaja  yang bersifat teenlit dan memang ditunjukan untuk kalangan ABG sehingga bahasa yang digunakan menyesuaikan kondisi  pergaulan remaja  sekarang, lantas  materi yang terkandung didalamnya pun tidak terlalu berat, mudah dicerna dan maknanya dengan mudah dapat tersampaikan secara jelas kepada pembaca.
Akan tetapi, cerita yang ditulis Yani Rismarwanti ini terkesan datar sehingga nampak kemonotonan cerita yang mudah ditebak. Kurangnya  pendeskripsian pun menjadi titik lemah cerpen tersebut ditambah latar atau settingan  yang kurang jelas makin membuat cerpen tersebut benar benar datar.
Tetapi yang menarik adalah maksud penulis akan makna yang diusung  tentang pencapaian mimpi, sikap pantang menyerah, mau berusaha dan  keberanian untuk mencoba suatu hal patut dijadikan inspirasi untuk kalangan remaja dalam menggapai mimpi-mimpi mereka, karena mimpi mengalahkan semua keterbatasan. Dan apabila kita telah berusaha tetapi menemukan kendala dalam proses menuju puncak mimpi, sikap pantang menyerah seperti karakter Boni, Hendra, Rio dan Resti ini patut dicontoh dan sikap siap sedia akan resiko yang terjadi pun haruslah mendukung agar resiko  dapat diminimalisir.




                                                                                                                Habsi Hassabah


RESOLUSI 2013 UNTUK SEMANGAT GENERASI MUDA INDONESIA


Bung karno pernah berkata, “ Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit melawan bangsamu sendiri”. Seuntai kalimat di masa lalu menjadi fakta di masa kini. Sebuah ungkapan yang dapat diakui keabsahannya di masa sekarang. Tahun ular air membuka harapan bagi para penjemput mimpi, bagi para pemuda penerus bangsa, bagi para remaja yang berekspektasi.
            Pemuda adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun, mereka generasi penerus bangsa yang akan mewarisi negeri ini, mereka yang mempunyai jutaan mimpi, dan di wajah merekalah terbentang harapan Indonesia.
            Berbicara tentang harapan Indonesia, tentang harapan negeri ini. Tentang negeri yang hampir kehilangan identitas ini. Negeri kita, Negara  Indonesia dengan kekayaan yang melimpah, kekayaan akan budaya, kekayaan akan warisan leluhur, hampir kehilangan identitas bangsa akan budaya, tradisi, bahasa daerah, bahkan bahasa nasional yang mepersatukan warga Negara Indonesia dari sabang sampai merauke ini hampir hilang karena keterpurukan zaman. Dan siapa yang patut disalahkan atas kepiluan ini? Tentunya yang paling mutlak disalahkan dalam kasus ini adalah Era Globalisasi. Era tanpa sekat, fenomena multidimensi dimana kemajuan teknologi dan akulturasi budaya barat menyerang bangsa sedemikian rupa. Mengepung bangsa tanpa ampun dimana  generasi penerus bangsa telah terjangkit akan virus multiteknologi yang semakin memodernisasi. Terjebur dalam kubangan dampak teknologi.
            Seperti kita tahu,salah satu aspek paling berpengaruh akan dampak teknologi adalah bahasa. Fenomena bahasa gaul telah menjangkit keseluruh negeri terutama para remaja. Keberadaan bahasa Indonesia yang tidak terencana, tidak terpola dengan baik, apa saja bisa masuk. Baik pada percakapan maupun pada deskripsi bahasa yang dipakai adalah bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa slang, bahasa alay yang kadang hanya dimengerti oleh anak remaja. Bagaimana tidak? Lihatlah tayangan televisi setiap harinya, contohnya saja sinetron, awalnya hanya sebagai media hiburan semata akan tetapi semuanya  beralih fungsi sebagai upaya penaikan rating tanpa ada upaya mendidik dan bernilai edukasi. Kadang tayangan televisi menghadirkan tontonan yang tidak layak tonton, hanya mementingkan rating semata. Itulah potret negeri dimana modal lebih berbicara daripada moral.
            Dan disinilah identitas bangsa akan bahasa hilang, padahal Negara tetangga contoh saja  india sangat iri dengan bahasa Indonesia yang dapat mempersatukan jutaan rakyat Indonesia. Sungguh ironis memang tapi nyatanya  demikian tidak ada yang dapat membendung arus globalisasi saat ini, yang diperlukan adalah kesadaran akan nasionalisme masyarakat terutama remaja akan bahasa Indonesia.
                        Lalu apa kabar dengan moral bangsa? Moral pemuda? Dan moral para petinggi negeri? Sungguh tragis melihat setiap harinya berita yang tertulis di media cetak akan tawuran remaja, warga, kasus pernikahan siri dan perceraian bahkan kasus korupsi yang melanda negeri sejak zaman reformasi. Inilah bukti bahwa ucapan yang diungkapkan Bung Karno dibenarkan.
            Dan bagaimana akan harapan, ekspektasi, akan resolusi untuk negeri ini? Untuk semangat para generasi muda, generasi penerus bangsa?
              Kecintaan akan bahasa dapat tumbuh melalui sastra dan caranya adalah dengan meningkatkan budaya gemar membaca sehingga tumbuh keinginan untuk membuat sebuah prosa menjadi karya sastra yang dapat mengembalikan identitas bangsa. Karena budaya gemar membaca dapat membangkitkan motivasi, menggugah perasaan dan juga melatih otak kanan untuk berusaha menyimpulkan, karena imajinasi manusia berkembang saat membaca.
            Dan tahukah bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan? Karena pengetahuan  menciptakan masalah tetapi pengetahuan pulalah yang menyelesaikannya.untuk itu budaya gemar membaca ini akan sangat penting untuk mengembalikan identitas bangsa yang hampir hilang. Dan tidak hanya itu kemajuan teknologi yang merupakan pengaruh besar akan sangat membantu apabila teknologi yang ada dapat diimbangi  pula oleh perkembangan kecerdasan manusia bukan dalam hal intelegent saja, tetapi harus diimbangi oleh kecerdasan spiritual agar penggunaan  teknologi ini tidak secara berlebih dan masih memperhatikan nilai norma dan moral yang berlaku. Dan tidak hanya itu pula harapan remaja terhadap teknologi. Mereka juga berharap teknologi itu tidak menggeser nilai budaya tradisional dan tidak membuat merosotnya nasionalisme kaum remaja karena di era ini kadang remaja malu akan budaya sendiri. Mereka lebih condong ke budaya yang western alias kebarat-baratan. Mereka tercebur ke dalam euforia budaya yang mengagung agungkan kemutakhiran dan modernisasi.
Dan jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan padamu tetapi tanyakanlah apa yang bisa kamu berikan pada negara, karena hari yang akan datang bagi tanah air dan bangsa terletak pada hari sekarang dan hari sekarang itu adalah anda, pemuda pemudi.


Disadur dari: blog sahabatku Lulu Zuhriyah http://lulusangmutiara.blogspot.com