Mengenai Saya

Senin, 25 Februari 2013

RESOLUSI 2013 UNTUK SEMANGAT GENERASI MUDA INDONESIA


Bung karno pernah berkata, “ Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit melawan bangsamu sendiri”. Seuntai kalimat di masa lalu menjadi fakta di masa kini. Sebuah ungkapan yang dapat diakui keabsahannya di masa sekarang. Tahun ular air membuka harapan bagi para penjemput mimpi, bagi para pemuda penerus bangsa, bagi para remaja yang berekspektasi.
            Pemuda adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun, mereka generasi penerus bangsa yang akan mewarisi negeri ini, mereka yang mempunyai jutaan mimpi, dan di wajah merekalah terbentang harapan Indonesia.
            Berbicara tentang harapan Indonesia, tentang harapan negeri ini. Tentang negeri yang hampir kehilangan identitas ini. Negeri kita, Negara  Indonesia dengan kekayaan yang melimpah, kekayaan akan budaya, kekayaan akan warisan leluhur, hampir kehilangan identitas bangsa akan budaya, tradisi, bahasa daerah, bahkan bahasa nasional yang mepersatukan warga Negara Indonesia dari sabang sampai merauke ini hampir hilang karena keterpurukan zaman. Dan siapa yang patut disalahkan atas kepiluan ini? Tentunya yang paling mutlak disalahkan dalam kasus ini adalah Era Globalisasi. Era tanpa sekat, fenomena multidimensi dimana kemajuan teknologi dan akulturasi budaya barat menyerang bangsa sedemikian rupa. Mengepung bangsa tanpa ampun dimana  generasi penerus bangsa telah terjangkit akan virus multiteknologi yang semakin memodernisasi. Terjebur dalam kubangan dampak teknologi.
            Seperti kita tahu,salah satu aspek paling berpengaruh akan dampak teknologi adalah bahasa. Fenomena bahasa gaul telah menjangkit keseluruh negeri terutama para remaja. Keberadaan bahasa Indonesia yang tidak terencana, tidak terpola dengan baik, apa saja bisa masuk. Baik pada percakapan maupun pada deskripsi bahasa yang dipakai adalah bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa slang, bahasa alay yang kadang hanya dimengerti oleh anak remaja. Bagaimana tidak? Lihatlah tayangan televisi setiap harinya, contohnya saja sinetron, awalnya hanya sebagai media hiburan semata akan tetapi semuanya  beralih fungsi sebagai upaya penaikan rating tanpa ada upaya mendidik dan bernilai edukasi. Kadang tayangan televisi menghadirkan tontonan yang tidak layak tonton, hanya mementingkan rating semata. Itulah potret negeri dimana modal lebih berbicara daripada moral.
            Dan disinilah identitas bangsa akan bahasa hilang, padahal Negara tetangga contoh saja  india sangat iri dengan bahasa Indonesia yang dapat mempersatukan jutaan rakyat Indonesia. Sungguh ironis memang tapi nyatanya  demikian tidak ada yang dapat membendung arus globalisasi saat ini, yang diperlukan adalah kesadaran akan nasionalisme masyarakat terutama remaja akan bahasa Indonesia.
                        Lalu apa kabar dengan moral bangsa? Moral pemuda? Dan moral para petinggi negeri? Sungguh tragis melihat setiap harinya berita yang tertulis di media cetak akan tawuran remaja, warga, kasus pernikahan siri dan perceraian bahkan kasus korupsi yang melanda negeri sejak zaman reformasi. Inilah bukti bahwa ucapan yang diungkapkan Bung Karno dibenarkan.
            Dan bagaimana akan harapan, ekspektasi, akan resolusi untuk negeri ini? Untuk semangat para generasi muda, generasi penerus bangsa?
              Kecintaan akan bahasa dapat tumbuh melalui sastra dan caranya adalah dengan meningkatkan budaya gemar membaca sehingga tumbuh keinginan untuk membuat sebuah prosa menjadi karya sastra yang dapat mengembalikan identitas bangsa. Karena budaya gemar membaca dapat membangkitkan motivasi, menggugah perasaan dan juga melatih otak kanan untuk berusaha menyimpulkan, karena imajinasi manusia berkembang saat membaca.
            Dan tahukah bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan? Karena pengetahuan  menciptakan masalah tetapi pengetahuan pulalah yang menyelesaikannya.untuk itu budaya gemar membaca ini akan sangat penting untuk mengembalikan identitas bangsa yang hampir hilang. Dan tidak hanya itu kemajuan teknologi yang merupakan pengaruh besar akan sangat membantu apabila teknologi yang ada dapat diimbangi  pula oleh perkembangan kecerdasan manusia bukan dalam hal intelegent saja, tetapi harus diimbangi oleh kecerdasan spiritual agar penggunaan  teknologi ini tidak secara berlebih dan masih memperhatikan nilai norma dan moral yang berlaku. Dan tidak hanya itu pula harapan remaja terhadap teknologi. Mereka juga berharap teknologi itu tidak menggeser nilai budaya tradisional dan tidak membuat merosotnya nasionalisme kaum remaja karena di era ini kadang remaja malu akan budaya sendiri. Mereka lebih condong ke budaya yang western alias kebarat-baratan. Mereka tercebur ke dalam euforia budaya yang mengagung agungkan kemutakhiran dan modernisasi.
Dan jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan padamu tetapi tanyakanlah apa yang bisa kamu berikan pada negara, karena hari yang akan datang bagi tanah air dan bangsa terletak pada hari sekarang dan hari sekarang itu adalah anda, pemuda pemudi.


Disadur dari: blog sahabatku Lulu Zuhriyah http://lulusangmutiara.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar