Dari sorot sebuah
ketinggian di antariksa kita akan
melihat sebuah untaian hijau berjajar
ditengah dua benua besar yaitu Asia dan Australia , untaian yang membentuk jamrud yang terdiri dari 17.054 kepulauan membentang dengan indah, itulah
Nusantara.
Indonesia sebuah Negara kepulauan yang
terletak pada sebuah garis khatulistiwa yang diapit oleh dua buah samudera
pasifik dan hindia dengan 237 juta penduduk pada tahun 2010, Negara yang
mempunyai kurang lebih 300 etnis, 748 bahasa, 1340 suku tersebar di seluruh penjuru nusantara, dan
semuanya dipersatukan oleh semboyan Bhineka tunggal Ika , meskipun berbeda
tetapi tetap satu jua. Kekayaan alam yang melimpah, budaya yang unik dan
penduduk yang terkenal ramah dimata dunia itulah Indonesia, sebuah Negara maritim
terbesar di dunia dengan perairan seluas
93 ribu Km2 atau hampir 25% panjang di dunia dengan banyaknya spesies, 14% persen dari terumbu
karang dunia ada di Indonesia, diperkirakan lebih dari 2500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di
dalamnya dan 150 spesies hiu berhabitat di lautan Indonesia. Kekayaan yang
melimpah bersarang di Indonesia, sesuatu hal yang patut di banggakan oleh
seluruh Masyarakat Indonesia. Akan tetapi,
apa yang terjadi tangan-tangan kotor yang tak mensyukuri karunia Tuhan yang melimpah ini dirusak, kekayaan kita
dirusak bahkan di eksploitasi oleh
bangsa lain. Sungguh ironis dan miris. Bayangkan 340.000 ton limbah tambang dibuang setiap harinya mencemari laut Negeri kita, tak hanya iitu
pula 80 juta liter minyak oli kapal mencemari lautan biru Indonesia pertahunnya
, lalu apa lagi? Tidak hanya itu pencemaran laut yang terjadi, di perairan laut jawa timur tepatnya di
perairan Situbondo, limbah asam sulfat (H2So4) dengan bebasnya dibuang tanpa ada rasa berdosa
ke selat Madura oleh pabrik pengolahan kapal dan kulit udang. Lantas apa dampak yang terjadi pada lautan
kita? Ratusan petani tambak usaha budidaya laut dan hatchery mengalami gagal
panen. Seolah laut kita hanya dipandang secara parsial saja. Kadang kala
merasa iba dengan kekayaan laut kita
yang hanya diperas kekayaan nya saja tanpa adanya kepedulian untuk merawat dan
melestarikan biota dan ekosistem ikan dan tumbuahan laut di perairan Indonesia.
Sepatutnya kita sebagai rakyat Indonesia harus bangga dengan kekayaan yang
melimpah yang tersebar di laut Indonesia.
Warisan leluhur yang wariskan oleh nenek
moyang kita sepatutnya harus kita jaga
agar nasionalisme dan identitas bangsa dengan budaya dan tradisi yang unik ini
tidak diakui oleh bangsa lain seperti batik, tari tor-tor, reog ponorogo yang
hampir diakui dan dijiplak oleh Negara tetangga tanpa rasa malu. Dan yang
harusnya merasa malu adalah kita sebagai bangsa yang membiarkan budaya nya
harus dikuasai bangsa lain. cukuplah kita di eksplotasi dari kekayaan alam,
janganlah kita membiarkan yang lainnya
harus hilang dari genggam Negara ini, cukup hanya sipadan dan ligitan yang
jatuh menjadi hak milik Malaysia. Sudah saatnya kita merengkuh,
bangun-membangun untuk mempertahankan budaya dan tradisi yang merupakan warisan
budaya yang amat berharga. Ibarat sebuah batu ruby yang tak terkira harganya.
Dan
inilah dimana kita harus bangkit dan bangga akan kebudayaan, kekayaan alam yang
patut kita syukuri, kita jaga dan rawat. Inilah saatnya kita bangkit,
memperkenalkan kepada dunia, bahwasanya Indonesia bukanlah ‘ A random of
country’ melainkan inilah Indonesia dengan sejuta pesona alam, budaya dan
masyarakat yang beradab.
Kita
harus bangga dengan batik yang kini telah disahkan oleh UNESCO sebagai Warisan
Budaya dunia milik Indonesia yang memiliki cita rasa seni tinggi dan unsur filosofi
yang ada pada batik Indonesia. Banyak hal
yang harus kita syukuri terlahir sebagai bangsa Indonesia, wajiblah kita
sebagai bangsa yang cinta pada Negeri ini, perlu menjaga, mempertahankan rasa
nasionalisme kita terhadap Indonesia. Tidak perlu dengan terus memakai batik
setiap hari, akan tetapi bangunlah rasa nasionalisme ini dari hal yang paling
kecil, dari menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tak terpengaruh
pada gaya bahasa gaul, slang forkem atau bahas alay yang membendung bangsa
dengan hebat. Perlulah kita menyaring budaya barat yang masuk, tetaplah menjaga
moral bangsa sebagai bangsa yang ramah, yang memiliki rasa nasionlisme yang
tinggi untuk mau belajar, untuk mau mengkaji, meneliti lalu mempertahankan
budaya yang telah ada sebagai harta dan identitas bangsa dan tetap menjunjung
tinggi nilai pancasila sebagai ideologi bangsa. Agar identitas bangsa ini tidak
punah dan hilang di akui bangsa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar