Mengenai Saya

Jumat, 01 Maret 2013

JAMRUD HIJAU NEGERIKU


Dari sorot sebuah ketinggian  di antariksa kita akan melihat sebuah untaian hijau  berjajar ditengah dua benua besar yaitu Asia dan Australia , untaian yang membentuk  jamrud yang terdiri dari 17.054  kepulauan membentang dengan indah, itulah Nusantara.
 Indonesia sebuah Negara kepulauan yang terletak pada sebuah garis khatulistiwa yang diapit oleh dua buah samudera pasifik dan hindia  dengan 237 juta  penduduk pada tahun 2010, Negara yang mempunyai kurang lebih 300 etnis, 748 bahasa, 1340 suku  tersebar di seluruh penjuru nusantara, dan semuanya dipersatukan oleh semboyan Bhineka tunggal Ika , meskipun berbeda tetapi tetap satu jua.  Kekayaan  alam yang melimpah, budaya yang unik dan penduduk yang terkenal ramah dimata dunia itulah Indonesia, sebuah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan  seluas 93 ribu Km2 atau hampir 25% panjang di dunia dengan  banyaknya spesies, 14% persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia, diperkirakan lebih dari  2500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya dan 150 spesies hiu berhabitat di lautan Indonesia. Kekayaan yang melimpah bersarang di Indonesia, sesuatu hal yang patut di banggakan oleh seluruh Masyarakat Indonesia. Akan tetapi,  apa yang terjadi tangan-tangan kotor yang tak mensyukuri karunia  Tuhan yang melimpah ini dirusak, kekayaan kita dirusak bahkan  di eksploitasi oleh bangsa lain.  Sungguh ironis dan miris.  Bayangkan 340.000 ton limbah tambang  dibuang setiap harinya  mencemari laut Negeri kita, tak hanya iitu pula 80 juta liter minyak oli kapal mencemari lautan biru Indonesia pertahunnya , lalu apa lagi? Tidak hanya itu pencemaran laut yang terjadi,  di perairan laut jawa timur tepatnya di perairan Situbondo, limbah asam sulfat (H2So4)  dengan bebasnya dibuang tanpa ada rasa berdosa ke selat Madura oleh pabrik pengolahan kapal dan kulit udang.  Lantas apa dampak yang terjadi pada lautan kita? Ratusan petani tambak usaha budidaya laut dan hatchery mengalami gagal panen. Seolah laut kita hanya dipandang secara parsial saja. Kadang kala merasa  iba dengan kekayaan laut kita yang hanya diperas kekayaan nya saja tanpa adanya kepedulian untuk merawat dan melestarikan biota dan ekosistem ikan dan tumbuahan laut di perairan Indonesia. Sepatutnya kita sebagai rakyat Indonesia harus bangga dengan kekayaan yang melimpah yang tersebar di laut Indonesia.
 Warisan leluhur yang wariskan oleh nenek moyang kita sepatutnya  harus kita jaga agar nasionalisme dan identitas bangsa dengan budaya dan tradisi yang unik ini tidak diakui oleh bangsa lain seperti batik, tari tor-tor, reog ponorogo yang hampir diakui dan dijiplak oleh Negara tetangga tanpa rasa malu. Dan yang harusnya merasa malu adalah kita sebagai bangsa yang membiarkan budaya nya harus dikuasai bangsa lain. cukuplah kita di eksplotasi dari kekayaan alam, janganlah kita membiarkan yang  lainnya harus hilang dari genggam Negara ini, cukup hanya sipadan dan ligitan yang jatuh menjadi hak milik Malaysia. Sudah saatnya kita merengkuh, bangun-membangun untuk mempertahankan budaya dan tradisi yang merupakan warisan budaya yang amat berharga. Ibarat sebuah batu ruby yang tak terkira harganya.
Dan inilah dimana kita harus bangkit dan bangga akan kebudayaan, kekayaan alam yang patut kita syukuri, kita jaga dan rawat. Inilah saatnya kita bangkit, memperkenalkan kepada dunia, bahwasanya Indonesia bukanlah ‘ A random of country’ melainkan inilah Indonesia dengan sejuta pesona alam, budaya dan masyarakat yang beradab.
Kita harus bangga dengan batik yang kini telah disahkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya dunia milik Indonesia yang memiliki cita rasa seni tinggi dan unsur filosofi yang ada pada batik Indonesia.  Banyak hal yang harus kita syukuri terlahir sebagai bangsa Indonesia, wajiblah kita sebagai bangsa yang cinta pada Negeri ini, perlu menjaga, mempertahankan rasa nasionalisme kita terhadap Indonesia. Tidak perlu dengan terus memakai batik setiap hari, akan tetapi bangunlah rasa nasionalisme ini dari hal yang paling kecil, dari menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tak terpengaruh pada gaya bahasa gaul, slang forkem atau bahas alay yang membendung bangsa dengan hebat. Perlulah kita menyaring budaya barat yang masuk, tetaplah menjaga moral bangsa sebagai bangsa yang ramah, yang memiliki rasa nasionlisme yang tinggi untuk mau belajar, untuk mau mengkaji, meneliti lalu mempertahankan budaya yang telah ada sebagai harta dan identitas bangsa dan tetap menjunjung tinggi nilai pancasila sebagai ideologi bangsa. Agar identitas bangsa ini tidak punah dan hilang di akui bangsa lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar